Keesokan harinya, di pagi yang cerah,
dengan perasaan semangat Lala melangkahkan kakinya untuk pergi ke kampus,
karena hari ini hari pertama ia kuliah di semester yang baru. Bertemu dengan
teman baru dan suasana yang baru pula.
Sesampainya di kampus Lala bertemu
dengan temannya sewaktu SMA yaitu Sasa.
“hai
Sa..” sapa Lala kepada Sasa.
“hai
La. apa kabar kamu?” Tanya Sasa.
“aku
baik kok. Kamu kelas apa sekarang?” Tanya Lala
“aku
di kelas 06 sekarang, kamu?” Sasa balik bertanya.
“aku
juga di kelas 06. Waaaahhhh kita sekelas. Untung deh ada yang aku kenal, kalau
engga.. aduuuhhhh ngga tau deh gimana.” Tegas Lala.
Kemudian
mereka menuju kelas mereka yang baru sambil terus mengobrol.
Sesampainya
mereka di kelas, mereka mengintip dari balik pintu, ternyata kelas tersebut
masih lumayan sepi. Akhirnya mereka memutuskan untuk menunggu di koridor depan
kelas mereka.
Tak lama kemudian dosen mereka pun
datang. Mereka kemudian mengikuti dosen tersebut masuk ke kelas. Sesampainya di
dalam mereka merasa asing, karena semua orang yang ada di dalam tak ada satu
pun yang mereka kenal. Setelah mata kuliah pertama selesai mereka berdua mulai
membaur dengan teman – teman yang lain. Saling berkenalan dan bertukar nomor
handphone.
Dari
sekian banyak teman di kelas 06 hanya beberapa yang dekat dengan Lala. Bukan
tidak mau berteman atau memilih - milih teman, tetapi kecocokan dalam berbicara
dan bertukar pikiran pulalah yang menyebabkan setiap orang memiliki kelompok
sendiri. Bukan geng lho. Mereka adalah Sisi, Riri, Lili dan tentu saja Sasa.
Mereka sering sekali melakukan kegiatan bersama. Tidak hanya sekedar belajar
bersama, mereka juga sering hangout,
liburan, bahkan ke salon bersama.
Mereka bisa dibilang kompak dalam
melakukan apapun. Kemanapun mereka pergi pasti selalu bersama. Tetapi
kekompakan mereka pun tidak selalu berjalan mulus. Namanya berteman tidak akan
selalu baik. Ada kalanya mereka juga bertengkar kecil lalu kemudian kembali
baik. Mereka menamai kelompok mereka dengan nama tori-tori. Tidak ada
spesifikasi khusus kenapa mereka menamai kelompoknya seperti itu. Hanya agar
mudah diingat saja. Tetapi mereka bukanlah sebuah geng. Mereka hanya
perkumpulan biasa.
Satu semester mereka lalui dengan
banyak suka – duka. Tetapi hal itu lah yang membuat mereka semakin kompak. Pada
suatu hari toritori mempunyai rencana untuk berlibur. Mereka ingin berlibur ke
daerah puncak. Kebetulan pada waktu itu Sasa sedang dekat dengan salah satu
pria di kelas, yaitu Simon.
Hari yang ditunggu pun datang, agar
lebih mudah mereka memutuskan untuk berkumpul di kampus saja. Meraka pergi
dengan mengendarai mobil Simon. Tidak hanya toritori yang pergi berlibur,
mereka juga mengajak Hary, Yana dan Coki. Karena pada saat itu mereka berteman
cukup dekat. Maka pergilah mereka berlibur bersama.
Begitu
memasuki kawasan puncak.
“mau
kemana nih kita?” Tanya Simon.
“tau
mau kemana nih? Ke atas langsung apa mau ke kebun teh dulu?” tambah Sasa.
“ngga
tau bingung kita mau kemana. Enaknya kemana ya? Kebun teh kayaknya seru tuh.”
Kata Coki.
“yaudah
ke kebun teh nih ya kita? Pada mau ngga?” Tanya Simon memastikan.
“yaudah
setujuuuuu!” seru yang lain.
Akhirnya
mereka pergi ke kebun teh.
Sesampainya di kebun teh, mereka bingung mau
ngapain disana. Akhirnya mereka hanya keliling tempat tersebut, lalu kemudian
duduk di bangku – bangku yang disediakan disana.
“kenapa
pada diam disini? Udah sana lanjut lagi main – mainnya” kata Simon
“kita
bingung mau ngapain lagi disini. Cuma begini – begini aja tempatnya. Semuanya
sama. Dimana – mana pohon teh.” Kata Sisi
“ya
namanya aja udah kebun teh Si… masa mau ada jetcoaster disini. Yang bener aja
sih” kata Sasa menimpali
“yaudah
kita jalan ke atas aja yo.. kayaknya lebih bagus pemandangan dari atas deh.”
Ajak Yana kepada yang lain.
“ayooooo…”
kata pria – pria yang ada disana.
Sementara
para laki-laki senang mendaki kebun teh, perempuan – perempuan yang lain merasa
malas, capek, karena puncak tertinggi kebun teh tersebut lumayan tinggi.
“ehhhh…
pelan-pelan kenapa jalannya. Kan capek kita” ucap Lala kepada para lelaki yang
sejak tadi terus berjalan dengan semangat.
“iyaaaa…
ihhh ga setia kawan banget sih kalian. Masa kita ditinggal.” Kata Riri
menyetujui.
Akhirnya
para lelaki itu pun mengalah dan menunggu para wanita yang sejak tadi berjalan
lambat karena sudah kelelahan.
Setelah bosan berkeliling dan
berfoto di kebun teh mereka semua memutuskan untuk pulang, agar tidak terlalu
malam. Tetapi sebelum pulang mereka mampir ke restaurant terlebih dahulu karena
mereka lapar sejak siang belum makan.
Keesokan harinya di kampus mereka di
cuekin oleh teman – teman yang lain. Mereka merasa iri karena toritori pergi
rekreasi tidak mengajak yang lain. Padahal itu acara dadakan yang hanya
direncanakan dua hari sebelum pergi. Kalaupun mereka mengajak yang lain belum
tentu juga mereka mau ikut pergi.
Setelah kejadian itu toritori dan
teman sepermainan tidak merasa kapok untuk pergi berekreasi hanya dengan
teman-teman dekat saja. Mereka hampir tiap bulan melakukan acara rekreasi
bersama. Tetapi tidak ketempat yang jauh dan mahal. Paling tidak mereka selalu
mengunjungi Puncak saat pergi bersama. Kadang juga mereka pergi ke pantai dan
tempat – tempat rekreasi lainnya.
Lama kelamaan toritori dan teman
sepermainannya merasa makin di jauhi oleh teman-teman yang lain. Ternyata ada
yang mengadu domba mereka semua. Yaitu Yeyen. Dia selalu memutar balikkan
fakta. Apa yang kita ucapkan akan diganti olehnya dan membuat hubungan dengan
teman – teman yang lain semakin renggang. Sebelumnya Yeyen ini termasuk teman
dekat dengan toritori. Tetapi entah kenapa Yeyen bisa melakukan ini.
Masa-masa ini sempat membuat
toritori terpuruk. Mereka jadi malas untuk pergi kuliah. Jadi merasa di
kucilkan di kelas, tidak ada yang menyapa mereka kecuali teman – teman dekat.
“yaudah
yang sabar aja kalian yaa.. ga selamanya seperti ini ko. Pasti nanti akan ada
waktunya kalian bersinar dan baik kembali dengan mereka semua” kata Yana
memberikan semangat.
“iya
Na.. semoga kita bisa lalui semua ini ya. Semoga ngga lama deh masalah ini.”
Kata Sasa.
“yaudah
sekarang gini aja deh.. kalau memang kalian udah ngga sanggup lama – lama kayak
gini lebih baik omongin aja deh. Biar sama – sama enak dan masalah selesai. Daripada
diem-dieman gini ngga enak.” Kata Coki menambahkan.
“ya
tapi kalau di omongin kita ngga tau mana yang bener. Siapa tau Yeyen bohong
soal semua ini. Atau dia Cuma ngada – ngada aja. Kan kita belum tau. Jadi
mending nanti dulu deh” tambah Sisi.
“yaudah
kalau memang mau kayak gitu. Nanti juga lama – lama mereka baik lagi ko. Asal
kaliannya juga jangan terus – terusan cuek. Kalian juga harus aktif dekati
mereka. Ya walaupun mereka ngga merespon tapi setidaknya ada etika baik dari
kaliannya.” Tambah Yana.
Lama kelamaan katahuan juga kalau
Yeyen lah dalang dari semua konflik panjang ini. Setelah Sasa berhasil tanpa
sengaja bicara kepada Neni tentang masalah ini. Setelah kejadian itu akhirnya
mereka bisa kembali seperti dulu lagi. Saling bertegur sapa, mengerjakan tugas
bersama walaupun masih terlihat kecanggungan yang ada, tetapi setidaknya mereka
sudah bisa bernafas lega karena ternyata apa yang di bicarakan Yeyen hanyalah
bohong.
Sekarang mereka sudah bisa lebih
berbaur walau hanya untuk keadaan – keadaan tertentu saja, tetapi setidaknya
hubungan mereka saat ini lebih baik dari sebelumnya. Walau masih banyak yang
bilang kalau toritori ini merupakan sebuah geng. Karena tidak pernah orang –
orang disekitar melihat mereka tidak bersama – sama. Kemanapun mereka pergi
pasti selalu bersama. Karena mereka sudah merasa sudah bukan hanya sekedar
teman atau sahabat saja. Tetapi torotori merupakan sebuah keluarga yang susah
senang akan selalu bersama.
Nama : Yunianingsih Laila
NPM : 18110775
Kelas : 3KA06
Tidak ada komentar:
Posting Komentar