Minggu, 23 Juni 2013

Laporan Penelitian Pendidikan

Laporan Penelitian Pendidikan
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA SUNDA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tindak komunikasi merupakan aktivitas yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari dari manusia sebagai makhluk social. Setiap saat manusia melakukan komunikasi dengan orang lain melalui berbagai cara. Dalam bergaul dan berinteraksi manusia mengalami proses komunikasi yang tidak selalu dilakukan secara sadar. Oleh karena itu, kemampuan berkomunikasi harus senantiasa dilatih agar manusia dapat merasakan manfaat dari hasil komunikasi itu sendiri.

Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan komponen utama untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik. Hendrakus (1991 : 17) menyatakan bahwa didalam masyarakat umumnya dicari para pemimpin atau orang-orang yang berpengaruh yang memiliki kepribadian didalam hal berbicara. Juga dibidang-bidang lain seperti perindustrian, perekonomian, dan bidang social, kepandaian berbicara atau keterampilan mempergunakan bahasa secara efektif sangat diandalkan.

Keterampilan berbahasa disekolah dilakukan sesuai dengan hakikat bahasa sebagai suatu sistem yang kebermaknaannya dalam berkomunikasi bersifat menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar akan sesuai fungsi dan konteks serta dapat mengkondisikan siswa agar menggunakan bahasa untuk belajar.

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Sunda diarahkan untuk meningkatkan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Sunda dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan manusia Sunda.

Siswa akan mampu berkomunikasi dengan baik jika mempunyai kemampuan berbahasa yang baik. Ada 4 keterampilan yang diajarkan pada mata pelajaran bahasa Sunda, yaitu: keterampilan mendengarkan atau menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara bersifat produktif, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis bersifat reseptif. Dalam pelaksanaannya keterampilan berbicara termasuk sulit diajarkan karena menuntut kesiapan, mental, dan keberanian siswa untuk tampil didepan orang lain.

Seiring dengan semakin seringnya digunakan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di sekolah, sekarang ketrampilan berbicara bahasa Sunda mengalami penurunan. Oleh karena itu ketrampilan berbicara bahasa Sunda harus segera ditingkatkan kembali agar bahasa Sunda tetap bisa dan tetap digunakan sebagai bahasa ibu di kalangan para siswa itu sendiri.

Salah satu media yang dapat dipilih untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa sunda adalah dengan cara mengadakan diskusi. Media diskusi pada dasarnya suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Dalam arti luas diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif. Dalam proses ini orang mengemukakan titik tolak.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dapat diidentifikasikan adalah:
1. Kesulitan-kesulitan guru untuk mengajarkan ketrampilan berbicara dalam Bahasa Sunda.
2. Kesulitan-kesulitan siswa saat belajar berbicara bahasa Sunda berlangsung.
3. Upaya guru untuk mengatasi kesuitan belajar berbicara bahasa Sunda.
4. Kesulitan pemanfaatan media sebagai alternatife untuk meningkatkan kosakata siswa.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan maka penulis membatasi permasalahan pada :” Peningkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Sunda Melalui Metode Diskusi ”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah maka penulis merumuskan masalah :
1. Adakah peningkatan kemampuan berbicara bahasa Sunda melalui metode diskusi ?
2. Seberapa besar peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam menggunakan bahasa Sunda?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Sunda melalui metode diskusi.

F. Manfaat Penelitian

Mengingat pentingnya penelitian ini dalam berbagai faktor, maka manfaat penelitian ini ditijau dari dua segi, yaitu :

1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan khususnya tentang penggunaan metode diskusi sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori pembelajaran bahasa Sunda guna meningkatkan berbicara siswa.

2. Secara Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan metode bagi guru guna mengembangkan pembelajaran berbicara bahasa sunda melalui metode diskusi, kemudian dapat menjadi alternative cara belajar berbicara yang efektif dan tepat bagi siswa, serta dapat menjadi sumbangan ide untuk memperbaiki sistem pembelajaran berbicara yang lebih baik bagi sekolah.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Berbicara

Berbicara adalah kemampuan mengungkapan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagsan serta perasaan (Tarigan, 1981:15). Kemapuan berbicara merupakan kemampuan mengungkapkan gagasan, isi hati dalam suatu forum yanh dalam hal ini berlandaskan pada metode diskusi. Memiliki kemampuan berbicara akan sangat membantu kemampuan berbicara secara individual.

Dengan berbicara seseorang berusaha unuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan.Tanpa usaha untuk mengungkapkan dirinya, orang lain tidak akan mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Tanpa bicara orang akan tidak dapat saling berinteraksi dengan sesamannya dan akan terkucilkan dari lingkungannya.

Untuk berkomunikasi dengan sesamanya manusia lebih sering menggunakan bahasa lisan dari pada bahasa tulis. Bahasa lisan dapat mewakili sifat dan perasaan yang sedang dirasakannya. Oleh karena itu bicara menjadi salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia.

B. Pengertian Diskusi

Diskusi berasal dari bahasa latin yaitu discuties atau discution yang artinya bertukar pikiran. Diskusi pada dasarnya suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah (Tarigan, 1997:7,13). Sejalan dengan hal itu Hendrikus (1991:96) mengemukakan bahwa diskusi berasal dari bahasa latin discutere yang berarti membeberkan masalah. Dalam arti luas diskusi berarti memberikan jawaban atas pertanyaan atau pembicaraan serius tentang suatu masalah objektif.
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa diskusi mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah yang melibatkan orang banyak yang pada akhir diskusi pendengar diharapkan mempunyai pandangan dan hasil pemikiran bersama tentang sebuah masalah yang menjadi pokok diskusi tersebut.

C. Pembelajaran Bahasa Sunda Melalui Metode Diskusi.

Seiring dengan semakin seringnya digunakan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris di sekolah, sekarang ketrampilan berbicara bahasa sunda siswa sekarang mengalami penurunan. Oleh karena itu ketrampilan berbicara bahasa sunda siswa harus segera ditingkatkan kembali agar bahasa sunda tetap bisa dan tetap digunakan sebagai bahasa ibu di kalangan para siswa itu sendiri. Dalam pembelajaran bahasa sunda metode diskusi dapat dijadikan pilihan, khususnya untuk pembelajaran ketrampilan berbicara.

Dalam pembelajaran bahasa sunda dengan metode diskusi dapat dimulai dengan memilih topik yang dapat memuat banyak pembicaraan yang mencakup banyak kosa kata bahasa sunda. Guru mempersiapkan tema diskusi yang sedang banyak dibicarakan oleh siswa. Kemudian Siswa dibagi kedalam kelompok kemudian dipersiapkan untuk berdiskusi menggunakan bahasa sunda. Metode ini dimaksudkan agar siswa dapat menambah pengetahuan kosa kata bahasa sunda yang dimilikinya, sehingga akan meningkat pula kemamuan berbicara bahasa sundanya.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian untuk, dan oleh kelas sasaran dengan memanfaatkan interaksi, kolaborasi antara peneliti dengan kelas sasaran dalam hal ini siswa. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan demi perbaikan dan atau peningkatan praktek pembelajaran secara berkesinambungan, yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi professional pendidikan yang dinamakan guru. Oleh karena itu pendekatan tindakan kelas merupakan salah satu cara strategis memperbaiki meningkatkan layanan pendidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks dan atau dalam peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan dalam masyarakat yang dapat berubah. Desain penelitian tindakan kelas terdiri dari (1) komponen perencanaan, (2) tindakan dan pengamatan dan (3) refleksi (Depdikbud, 1992:1)

B. Sumber Data Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa dengan jumlah 40 siswa.

C. Teknik Pengumulan Data

Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik evaluasi. Menurut Arikunto (1995:23), secara garis besar penelitian pendidikan dapat digolongkan mencadi dua macam, yaitu test dan non test. Non test meliputi skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara dan riwayat hidup. Dari berbagai teknik penelitian tersebut penelitian ini akan menggunakan alat evaluasi sebagai berikut:

1.Pengamatan
Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Hal tersebut untuk mengawasi peningkatan kemampuan berbicara bahasa sunda selama kegiatan belajar mengajar di kelas. Dalam melakukan pengamatan dibantu oleh kolaborator, dalam hal ini guru bahasa sunda.

2.Test
Menurut suharsini (1996:138), test merupakan serentetan perntayaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Test tersebut berupa test praktek sesorah menggunakan bahasa jawa dilakukan dengan cara setiap siswa maju ke depan kelas untuk membaca sesorah. Test tersebut berupa pre tes dan post test. Pre test dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Pre test digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsini (1996:150), instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Ada aspek pokok yang dijadikan criteria penilaian, yaitu pemilihan kata, intonasi, pelafalan, dan kelancaran.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan :
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan : Bagaimana media diskusi dapat meningkatkan ketertarikan siswa untuk mempelajari & mendalami bahasa Sunda. Langkah – langkah pembelajaran yang dapat dilakukan untuk mendalami bahasa sunda adalah sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan materi dasar yang melandasi bahasa sunda itu sendiri. Antara lain: pola kalimat, kata ganti/kata depan, sampai ke bahasa halus yang baik diucapkan
2. Guru member contoh berbicara sopan dengan menggunakan bahasa Sunda
3. Guru memberikan contoh berupa cerita rakyat atau cerita fiktif dengan menggunakan bahasa Sunda. Agar murid dapat lebih cepat memahami apa yang sedang dipelajari

Saran :
Tidak hanya dengan media diskusi saja guru dapat menyampaikan materi bahasa sunda kepada murid, tetapi guru juga dapat menggunakan metode lain agar para siswa tidak jenuh untuk mempelajari bahasa sunda.


Daftar Pustaka :
http://pendekarjawa.wordpress.com/proposal-penelitian-pendidikan/
http://informasismpn9cimahi.wordpress.com/2010/06/11/contoh-proposal-penelitian-tindakan%C2%A0sekolah/
http://www.slideshare.net/ajieliciouz/contoh-penelitian-tindakan-kelas

Unsur dan Pola Kalimat Dasar Bahasa Indonesia

Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat terdiri dari berbagai unsur seperti subyek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Sebuah kalimat dikatakan sempurna bila memiliki minimal dua unsur, yaitu subyek dan predikat.

A. Unsur Kalimat

1. Subyek (S)
Disebut juga pokok kalimat, karena merupakan unsur inti suatu kalimat. Umumnya berupa kata benda (KB) atau kata lain yang dibendakan. Merupakan jawaban dari pertanyaan “Siapa” atau “Apa”.

Contoh :
Agnes Monika adalah seorang aktor dan penyanyi.
Super Junior adalah boyband favoritku.
Buku itu dibeli oleh Karta.

2. Predikat (P)
Unsur inti pada kalimat yang berfungsi menjelaskan subyek. Biasanya berupa kata kerja (KK) atau kata sifat (KS). Merupakan jawaban dari pertanyaan “Mengapa” dan “Bagaimana”.
Contoh :
Yeti menyanyi dengan merdu.
Hana memasak nasi goreng.
Lili membaca majalah.

3. Objek (O)
Keterangan predikat yang memiliki hubungan erat dengan predikat. Biasanya terletak di belakang predikat. Dalam kalimat pasif, objek akan menempati posisi subyek.
Ada dua macam objek, yaitu :

Objek Penderita : kata benda atau yang dibendakan baik berupa kata atau kelompok kata yang merupakan sasaran langsung dari perbuatan atau tindakan yang dinyatakan oleh subyek.
Makna objek penderita :

1. Penderita
Contoh : Karto mencoret-coret tembok.

2. Penerima
Contoh : Wati memakai baju Heechul.

3. Tempat
Contoh : Super Junior datang ke Indonesia.

4. Alat
Contoh : Kasim melempar bola ke Joko.

5. Hasil
Contoh : Doni mengerjakan tugas bahasa Indonesia.

Objek Penyerta : objek yang menyertai subjek dalam melakukan atau mengalami sesuatu.
Makna objek penyerta :

1. Penderita.
Contoh : Suma memberikan Surya komputer baru.

2. Hasil.
Contoh : Redi membelikan orangtuanya rumah.

4. Keterangan (K)
Hubungannya dengan predikat renggang. Posisinya dapat di awal, tengah, ataupun akhir kalimat.
Terdiri dari beberapa jenis :

Keterangan Tempat
Agnes akan konser di Singapura.

Keterangan Alat
Dalam drama itu, Karta memukul Sule dengan panci.

Keterangan Waktu
Sinta akan kembali ke Korea pukul 11 malam.

Keterangan Tujuan
Kita harus rajin berolahraga agar sehat.

Keterangan Cara
Mereka memperhatikan koreo dengan seksama.

Keterangan Penyerta
Ali pergi bersama Doni.

Keterangan Similatif
Yasin memberikan arahan kepada pemain sebagai pelatih.

Keterangan Sebab
Dia sangat sukses sekarang karena giat bekerja.

5. Pelengkap (Pel.)
Terletak di belakang predikat. Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subyek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.

Contoh :
Kiki memberikanku novel bagus.
Hana menghadiahkan orangtuanya restoran baru.
Mahkota itu bertahtakan mutiara.

B. Pola Kalimat
Berdasarkan pola dasarnya, Badudu (1990: 32) mengungkapkan pola :

1. S-P
Karto tidur.

2. S-P-O
Sinta makan nasi.

3. S-P-Pel
Cincinnya bertahtakan berlian.

4. S-P-K
D’Bagindas konser di Tokyo Dome.

5. S-P-O-Pel
Yuli menamai kura-kuranya Kira.

6. S-P-O-Pel-K
Setiap pagi Harmo membuatkan semua member nasi goreng.

7. S-P-O-K
Enci minum susu strawberry setiap hari.

8. S-P-Pel-K.
Semua member sedih ketika Karno masuk militer.

Contoh :

1. S-P
Desi belajar

2. S-P-O
Iyan menonton drama

3. S-P-Pel
Mita tertawa terbahak-bahak

4. S-P-K
Karto pergi ke Indonesia

5. S-P-O-Pel
Ohno sedang mencarikan ikan untuk kucingnya Nino

6. S-P-O-Pel-K
Setiap pagi Akbar senam bersama Hana

7. S-P-O-K
Ono memancing ikan setiap sore

8. S-P-Pel-K
Mita tertawa terbahak-bahak ketika melihat Desi tercebur ke dalam kolam ikan


Sumber : http://mersiku.jw.lt/materi/bahasa_indonesia_10

Sabtu, 22 Juni 2013

Kata Ganti & Kata Depan

Kata Ganti

Kata ganti atau pronominal/pronoun adalah jenis kata yang dipergunakan untuk menggantikan nomina/kata benda atau frasa nomina.

A. Macam-macam kata ganti

Menurut fungsinya kata ganti dibedakan sebagai berikut :

1. Kata ganti orang, ialah kata yang menggantikan orang. Kata ganti orang ada tiga macam, yaitu:

a. Kata ganti orang pertama
tunggal→ saya, aku
jamak → kami, kita
b. Kata ganti orang kedua
tunggal → kamu, anda, engkau, saudara, bapak
jamak → kalian
c. Kata ganti orang ketiga
tunggal → dia, ia, beliau, -nya
jamak → mereka

2. Kata ganti milik, ialah kata ganti yang dipakai di belakang kata benda yang menyatakan pemilikan.
Contoh: Bukuku dipinjamnya.
Lukisannya sangat bagus.

3. Kata ganti penunjuk, ialah kata ganti untuk menunjukkan sesuatu. Contoh kata ganti penunjuk : itu, ini
Contoh: Lemari itu sangat besar.
Bulan ini ia akan berangkat.

4. Kata ganti penghubung, ialah kata ganti yang berfungsi sebagai penghubung dalam kalimat.
Contoh: Rumah yang besar itu sekarang sudah dijual.
Gadis yang ramah itu disenangi teman-temannya.

5. Kata ganti penanya, ialah kata yang dipergunakan untuk bertanya atau menanyakan orang, benda,
sifat, keadaan, waktun atau tempat.
Contoh: Dimana kau simpan bukuku?
Siapa yang menempati rumah nenek?
Mengapa ia tidak datang?

6. Kata ganti tak tentu. Misalnya barang siapa.

Kata Depan

Kata depan atau kata perangkai (Preposision), ialah kata yang terletak di depan kata lain berfungsi menghubungkan atau merangkaikan kata dengan kata atau kata dengan kalimat.
Macam-macam kata depan

Berdasarkan fungsinya, kata depan dibedakan sebagai berikut:

1. Kata depan di, ke, dan dari, dalam fungsi menyatakan arah atau tempat.
di : menunjukkan ada pada suatu tempat
ke : menunjukkan tempat yang dituju
dari : menunjukkan tempat yang ditinggalkan.

Kata depan tersebut merupakan jenis kata depan sejati (asli). Namun demikian terdapat jenis kata
depan yang lain yang berasal dari kata benda, kata kerja, dan lain-lain.

2. Kata depan pada atau kepada berfungsi menyatakan waktu atau nama orang.
Contoh : Kami tunggu kehadirannya pada hari Minggu, 26 Maret 2006.
Tanyakan kepada gurumu tentang penjelasan soal itu.

3. Kata depan akan berfungsi menyatakan waktu atau kegiatan yang akan dilaksanakan atau yang akan
terjadi.
Contoh:
a. Kami berdua akan mendaki Gunung Gede.
b. Mendung seperti ini biasanyaakan turun hujan

4. Kata depan dengan berfungsi menyatakan alat, keadaan, hubungan kesetaraan, dan keterangan perbandingan.

Contoh:
a. Ayah memotong kayu dengan gergaji. (alat)
b. Dengan tergesa-gesa mereka berlari meninggalkan desa. (keadaan)
c. Surabaya lebih panas dibandingkan dengan Jakarta. (perbandingan)

5. Kata depan atas berfungsi menghubungkan kata benda atau kata kerja dengan kata keterangan dan berfungsi menggantikan kata dengan, demi.
Contoh:
a. Kegiatan ini dapat terselenggara atas kerja sama semua elemen masyarakat.
b. Terima kasih atas semua bantuan yang diberikan.

6. Kata depan antara berfungsi menunjukkan jarak.
Contoh:
a. Lokasi perkemahan itu terletak antara Bogor dengan Jakarta. (jarak).
b. Tabrakan maut antara bus dengan kereta menewaskan 20 penumpang bus

Sumber : http://mersiku.jw.lt/materi/bahasa_indonesia_8

Jumat, 14 Juni 2013

Makna Denotasi dan Makna Konotasi

1. Makna Denotasi

Makna denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan makna kamus. Makna denotasi lazim disebut 1) makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan objektif. 2) makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat (makna sebenarnya). 3) makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya, bukan makna kias.

Contoh :

1. Adik makan nasi. ( makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut )
2. Harga kambing hitam itu sangat mahal. ( kambing hitam bermakna kambingg yang memiliki warna hitam )

2. Makna konotasi

Makna konotasi merupakan makna kiasan atau makna yang timbul setelah disusun dalam kalimat.

Contoh :

1. Dalam peristiwa itu, dia dijadikan kambing hitam. (kambing hitam bermakna orang yang dipersalahkan)
2. Anak itu berangkat besar ketika ayahnya pergi ke Jepang. ( berangkat bermakna beranjak atau mulai menjadi )
3. Bunga desa itu sudah menjadi karyawan bank.(Kata “bunga desa” bermakna sesuatu yang dianggap cantik)

Makna konotasi dibagi menjadi 2 yaitu :

A. Konotasi positif merupakan kata yang memiliki makna yang dirasakan baik dan lebih sopan.

Contoh :
1. Sebagai seorang istri harus pandai menyenangkan suami.
2. Biaya pemakaman para korban bencana alam ditanggung pemerintah setempat.
3. Para wanita tuna susila bekerja akibat tuntutan kebutuhan ekonomi.
4. Tiga pahlawan reformasi telah gugur lima tahun yang lalu. ( Kata “gugur” bermakna mati dalam pertempuran )

B. Konotasi negatif merupakan kata yang bermakna kasar atau tidak sopan.

Contoh :
1. Selama meringkuk di penjara, Roy berubah menjadi pendiam. ( Kata penjara bermakna tempat mengurung badan )
2. Masih ada segerombolan orang yang suka menebang demi keuntungan pribadi. (Kata “gerombolan” bermakna kawanan pengacau / perusuh.)
3. Banyak gelandangan tidur di bawah jembatan.

Berikut adalah contoh-contoh kata yang bermakna denotasi dan konotasi :

1) meluap
denotasi : Banjir yang terjadi kemarin disebabkan oleh air sungai yang meluap tak mampu
dikendalikan oleh tanggul yang ada disekitanya.
konotasi : Kemarahan Pak Budi makin hari tambah meluap karena masalah yang diperbantahkan itu
tidak pernah menemukan titik permasalahannya.

2) penuh
denotasi : Lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat pusat hiburan itu telah terisi penuh oleh pemukiman penduduk.
konotasi : Pekerjaan itu dilakukannya dengan penuh rasa tanggung jawab.

3) naik
denotasi : Pak Halim pergi ke Makassar dengan naik mobil pribadi.
konotasi : Naik turunnya harga barang sangat dipengaruhi oleh jumlah permintaan konsumen.

4) tumbuh
denotasi : Pohon mangga yang tumbuh di halaman rumah Pak Ilham memiliki buah yang besar- besar.
konotasi : Kondisi perekonomian Indonesia mulai tumbuh sejak beralihnya sistem pemerintahan ke era reformasi.

5) atas
denotasi : Di atas pohon yang rindang itu ada terdapat beberapa sarang burung hantu.
konotasi : Irama yang muncul pada permukaan tembok itu ditimbulkan atas beberapa perpaduan warna

6) kendali
denotasi : Nakhoda memberikan instruksi kepada para penumpang kapal agar waspada, sebab kendali dalam kapal sedang mengalami gangguan.
konotasi : Peristiwa itu terjadi saat dirinya telah kehilangan kendali.(kontrol)

7) panas
denotasi : Permukaan kulit pada anak itu lecet akibat tersiram air panas.
konotasi : Suhu dalam ruangan itu semakin panas ketika peserta diskusi dalm ruangan itu saling
beradu argumen. (panas=ketegangan)

8) hancur
denotasi : Mainan anak pak lurah hancur terinjak mobil.
konotasi : Semua perkataannya kedengaran hancur akibat terbawa emosi .(hancur= tidak masuk akal).

9) arus
denotasi : Adik terseret arus yang sangat deras saat menyeberang sebuah sungai di tepi rumahnya.
konotasi : Arus balik pada lebaran tahun depan diprediksikan akan lebih banyak dibandingkan tahun
kemarin. (arus=sistem)

10) hangus
denotasi : Bau hangus itu dihasilkan dari pembakaran sisa-sisa plastik dan kertas yang ada di tepi jalan itu.
konotasi : Semua dana yang dianggarkan telah hangus akibat program kerja yang tidak tertata dengan
rapi. (hangus=ludes)

Sumber : http://mersiku.jw.lt/materi/bahasa_indonesia_3

Kamis, 13 Juni 2013

Konfiks dan Kombinasi Imbuhan

Konfiks adalah imbuhan tunggal yang terjadi dari perpaduan awalan dan akhiran yang membentuk satu kesatuan. Dalam bahasa Indonesia, terdapat lima macam konfiks antara lain ke-an, pe-an, per-an, se-nya, dan ber-an.
Agar Anda lebih mengenal konfiks, perhatikan ciri-ciri konfiks berikut :

1. Awalan dan akhiran diletakkan pada bentuk dasar secara serentak (tidak bertahap).
Contoh:
Para tamu sudah berdatangan.
Imbuhan ber- dan -an melekat secara serentak pada bentuk dasar datangmenjadi berdatangan. Jadi, tidak melekat secara bertahap, yaitu ber- + datangmenjadi berdatang, kemudian berakhiran -an menjadi berdatangan ataudatang + -an menjadi datangan, kemudian dilekatkan ber- menjadiberdatangan. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut :
ber- + datang + -an berdatangan bukan: ber- + datang + -an atau ber- + datang + -an
berdatang datangan berdatangan berdatangan

2. Konfiks menyatakan satu makna gramatikal.
Jika salah satu konfiks itu dipisah/dipenggal, penggalan itu bukan merupakan kata yang bermakna.
Contoh:
Kata berdatangan memiliki makna perbuatan yang dilakukan banyak pelaku . Jika kata tersebut dipenggal menjadi berdatang dan -an atau ber- dandatangan, kata tersebut tidak memiliki makna. Konfiks terdiri atas lima macam sebagai berikut.

1. Konfiks ke-an
Konfiks ke-an berfungsi membentuk kata benda konkret, kata benda abstrak, kata kerja pasif, dan kata sifat. Makna imbuhan ke-an sebagai berikut.

a) menyatakan sifat
Contoh:
Aku kagum akan keindahan senja di Pantai Kuta.
keindahan = bersifat indah

b) menyatakan makna dalam keadaan
Contoh:
Ia menggigil kedinginan.
kedinginan = dalam keadaan dingin

c) menyatakan perbuatan yang dilakukan secara tidak sengaja
Contoh:
Ia ketiduran di kursi belajarnya.
ketiduran = tidak sengaja tidur

d) menyatakan makna terlalu
Contoh:
Baju Anisa kebesaran.
kebesaran = terlalu besar

e) menyatakan makna agak atau menyerupai
Contoh:
Ia memang masih kekanak-kanakan.
kekanak-kanakan = menyerupai anak-anak

f) menyatakan tempat atau daerah
Contoh:
Kedutaan besar negara-negara sahabat ada di Jakarta.
kedutaan = tempat para duta besar

g) menyatakan dapat di . . . .
Contoh:
Gunung Semeru kelihatan dari Lumajang.
kelihatan = dapat dilihat

h) menyatakan yang di- . . .
Contoh:
Dito adalah cucu kesayangan kakeknya.
kesayangan = yang disayang

2. Konfiks pe-an
Konfiks pe-an memiliki alomorf yang berwujud pe-an, pem-an, penan, peng-an, peny-an dan penge-an. Konfiks pe-an berfungsi membentuk kata benda.
Makna imbuhan pe-an sebagai berikut.

a) menyatakan makna cara
Contoh:
Pengiriman barang ini dilakukan dengan paket kilat.
pengiriman = cara mengirim

b) menyatakan makna tempat
Contoh:
Kami sedang menuju pelabuhan Tanjung Perak.
pelabuhan = tempat berlabuh

c) menyatakan makna perihal
Contoh:
Pembuatan tahu ini dilakukan secara manual.
pembuatan = perihal membuat

d) menyatakan alat untuk me- . . .
Contoh:
Pendengaran nenek sudah lemah.
pendengaran = alat untuk mendengar

3. Konfik per-an
Bentuk per-an ada tiga macam, yaitu per-an, pe-an, dan pel-an.
Konfiks per-an berfungsi membentuk kata benda.
Makna imbuhan per-an sebagai berikut.

a) menyatakan makna cara
Contoh:
Jangan terperangkap dalam pergaulan bebas tanpa batas!
pergaulan = cara bergaul

b) menyatakan makna hasil
Contoh:
Persetujuan itu telah ditandatangani kedua belah pihak.
persetujuan = hasil setuju

c) menyatakan tempat
Contoh:
Pengembang dari Jakarta itu membuat permukiman di seputar Godean.
permukiman = tempat bermukim

d) menyatakan makna kumpulan
Contoh:
Daerah pertokoan di Jalan Kenangan akan mengalami penggusuran lagi.
pertokoan = kumpulan toko

e) menyatakan makna hal
Contoh:
Setiap tahun pertambahan penduduk mencapai hampir sepuluh persen.
pertambahan = hal bertambah

4. Konfik ber-an
Bentuk konfiks ber-an ada dua macam, yaitu ber-an dan be-an.
Konfik ber-an berfungsi membentuk kata kerja.
Makna imbuhan ber-an sebagai berikut.

a) menyatakan makna saling
Contoh:
Mereka berpandangan ketika bertemu.
berpandangan = saling memandang

b) menyatakan makna perbuatan yang dilakukan oleh banyak pelaku
Contoh:
Para peserta seminar berhamburan keluar ruangan.
berhamburan = bersama-sama

c) menyatakan makna perbuatan yang dilakukan berulang-ulang
Contoh:
Air dari ember itu bertetesan di lantai.
bertetesan = berulang-ulang menetes

5. Konfik se-nya
Konfik se-nya berfungsi membentuk kata keterangan dari kata sifat.
Makna imbuhan se-nya sebagai berikut.

a) menyatakan makna tingkat atau paling
Contoh:
Tunjukkan hasil yang sebaik-baiknya.
sebaik-baiknya = paling baik

b) menyatakan makna waktu atau setelah
Contoh:
Setibanya di rumah hari telah malam. Selain bentuk konfiks terdapat imbuhan yang digunakan secara bersamaan baik awalan maupun akhiran. Bentuk ini disebut kombinasi imbuhan. Dalam konfiks proses pembentukan kata terjadi secara serentak
sedangkan proses pembentukan kata dengan kombinasi imbuhan terjadi secara bertahap.
Contoh:
Proses pembentukan kata berpakaian melalui dua tahap,yaitu akhiran –andilekatkan pada kata dasar pakai menjadi pakaian. Kemudian, kata tersebut dilekatkan awalan ber- menjadi berpakaian. Proses ini dapat digambarkan sebagai berikut. ber- + pakai + -an pakaian (1) berpakaian (2)

Macam-macam bentuk kombinasi imbuhan sebagai berikut.
1. Imbuhan memper-kan
Fungsi imbuhan memper-kan membentuk kata kerja intransitif.
Makna imbuhan memper-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna kausatif
Contoh:
Siapa yang mempertemukan sepasang kekasih itu?
mempertemukan = membuat jadi bertemu

b) menyangatkan atau intensitas
Contoh:
Mereka memperdengarkan lagu-lagu yang merdu.
memperdengarkan = berkali-kali mendengar

2. Imbuhan me-i
Fungsi imbuhan me-i membentuk kata kerja aktif.
Makna imbuhan me-i sebagai berikut.

a) menyatakan makna memberi
Contoh:
Tanti menyampuli bukunya dengan sampul plastik warna biru.
menyampuli = memberi sampul

b) menyatakan makna membuang
Contoh:
Pak Sarman menguliti kambing kurban.
menguliti = membuang kulit

c) menyatakan makna pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang
Contoh:
Siapa yang melempari burung-burung itu?
melempari = berulang-ulang melempar

d) menyatakan hal seperti yang tersebut pada kata dasar
Contoh:
Bu Wina, wali kelasku, memarahi kami karena tidak disiplin.
memarahi = menyatakan hal marah

e) menyatakan makna melakukan suatu pekerjaan
Contoh:
Kami menemani Fita pergi ke rumah pamannya.
menemani = melakukan pekerjaan sebagai teman

f) membuat jadi
Contoh:
Saya sedang memanasi makanan ketika lampu padam.
memanasi = membuat jadi panas

g) menyatakan makna intensitas
Contoh:
Polisi sedang menyelidiki kasus pembunuhan itu.
menyelidiki = melakukan penyelidikan

h) menyatakan makna arah atau tempat
Contoh:
Para peserta lomba sudah memasuki aula.
memasuki = masuk ke

3. Imbuhan gabung di-i
Fungsi imbuhan gabung di-i membentuk kata kerja pasif.
Makna imbuhan di-i sebagai berikut.

a) menyatakan makna diberi
Contoh:
Bukunya disampuli sampul plastik warna biru.
disampuli = diberi sampul

b) menyatakan makna dibuang
Contoh:
Kambing kurban dikuliti Pak Sarman.
dikuliti = dibuang kulitnya

c) menyatakan makna pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang
Contoh:
Burung-burung itu dilempari batu.
dilempari = dilempar berulang-ulang

d) menyatakan hal seperti tersebut pada kata dasar
Contoh:
Kami dimarahi Bu Wina karena tidak disiplin.
dimarahi = menyatakan hal marah

e) membuat jadi
Contoh:
Makanan itu sedang dipanasi ketika lampu padam.
dipanasi = membuat jadi panas

f) menyatakan makna intensitas
Contoh:
Kasus pembunuhan itu sedang diselidiki polisi.
diselidiki = dilakukan penyelidikan

4. Imbuhan me-kan
Fungsi imbuhan me-kan membentuk kata kerja transitif, yaitu kata
kerja yang memerlukan objek.
Makna imbuhan me-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna kausatif
Contoh:
Niken menjatuhkan gelas.
menjatuhkan = membuat jatuh

b) menyatakan makna melakukan tindakan untuk orang lain atau
benefaktif
Contoh:
Rina membukakan pintu saat ayahnya datang.
membukakan = membuka untuk orang lain

c) menyatakan makna menuju ke
Contoh:
Pilot itu berhasil mendaratkan pesawatnya walaupun cuaca buruk.
mendaratkan = menuju ke darat

d) menganggap sebagai
Contoh:
Jangan mendewakan kekayaan dalam kehidupan di dunia ini!
mendewakan = menganggap sebagai dewa

5. Imbuhan di-kan
Fungsi imbuhan di-kan membentuk kata kerja bentuk pasif.
Makna imbuhan di-kan menyatakan makna kausatif .
Contoh:
Bulan ini gaji karyawan PT Dewa Perkasa dinaikkan sepuluh persen.
dinaikkan = dibuat menjadi naik

6. Imbuhan ber-kan
Fungsi imbuhan ber-kan membentuk kata kerja.
Makna imbuhan ber-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna memakai
Contoh:
Keputusan itu diambil berdasarkan kesepatan semua anggota.
berdasarkan = memakai dasar

b) berfungsi sebagai pemanis
Contoh:
Malam ini tempat keramaian itu bermandikan cahaya bulan.

7. Imbuhan diper-kan
Fungsi imbuhan diper-kan membentuk kata kerja pasif.
Makna imbuhan diper-kan sebagai berikut.

a) menyatakan makna kausatif
Contoh:
Astuti dan Hidayat dipertemukan oleh orang tua masing-masing.
dipertemukan = menyebabkan bertemu

b) menyatakan makna intensitas atau menyangatkan
Contoh:
Masalah kenaikan harga BBM ramai diperbincangkan.
diperbincangkan = berkali-kali dibicarakan

8. Imbuhan memper-i
Fungsi imbuhan memper-i membentuk kata kerja.
Makna imbuhan memper-i menyatakan makna membuat jadi atau kausatif .
Contoh:
Bayu memperbaiki sepeda adiknya.
memperbaiki = membuat jadi baik

9. Imbuhan diper-i
Fungsi imbuhan diper-i membentuk kata kerja. Makna imbuhan diper-i menyatakan makna kausatif atau membuat jadi .
Contoh:
Sepeda adiknya diperbaiki Bayu.
diperbaiki = dibuat menjadi baik

Sumber : http://bahasaindonesiayh.blogspot.com/2012/04/mengidentifikasi-konfiks-dan-kombinasi.html
http://apriliavirdharianty.blogspot.com/2013/05/konfiks-dan-kombinasi-imbuhan.html

Selasa, 11 Juni 2013

Cara Menulis Memo atau Pesan Singkat

Pesan singkat biasanya disebut memo atau memorandum. Memo digunakan dalam situasi resmi. Memo merupakan surat dinas yang isinya singkat dan dipakai secara intern dalam suatu instansi atau lembaga. Memo dapat berupa peringatan, perintah, dan pertanyaan. Pesan singkat biasa juga digunakan dalam keluarga, untuk situasi yang tidak resmi. Pesan singkat tidak resmi juga memiliki fungsi seperti memo, yaitu pesan singkat/ pendek dari atasan kepada bawahan dalam satu instansi atau lembaga. Dalam keluarga, pesan ini digunakan oleh ayah kepada anaknya atau dari kakak kepada adiknya.

A. Memo Resmi

Keterangan:

1. Kepala memo berisi nama dan alamat instansi.
2. Tempat dan tanggal memo dibuat.
3. Isi memo ditulis dengan maksud pembuat memo.
4. Kaki memo, berisi jabatan, tanda tangan, dan nama pembuat memo.

Untuk membuat memo resmi, bahasa yang digunakan adalah bahasa formal.

B. Memo Tidak Resmi


Dalam menulis memo, isi harus singkat dan jelas. Kalimat yang digunakan harus efektif. Bahasa yang digunakan pun harus santun

Sumber : http://semuatentangcaracara.blogspot.com/2012/09/cara-menulis-memo-atau-pesan-singkat.html

Senin, 10 Juni 2013

Perkembangan TV Digital didunia


Perkembangan sistem penyiaran TV digital di sebagian Besar negara dunia dalam Beberapa Tahun Terakhir ini berlangsung sangat cepat. Beberapa negara bahkan telah melakukan atau sedang dalam persiapan untuk mematikan secara total ( Switch off ) TV analognya.Belanda telah melakukan switch off pada 11 Desember 2006. inggris akan melakukan switch off TV Analog secara bertahap. Kongres Amerika serikat telah memberikan mandat untuk menghentikan siaran TV analognya Secara Total 2009, Begitu pula dengan jepang tahun 2011. Negara-negara eropa lainnya dan juga asia akan mengikuti migrasi total itu.

Banyak perhatian dan biaya dicurahkan negara-negara itu untuk mempercepat proses perkembangan TV Digital, Walaupun masing-masing negara memiliki alasan berbeda tentang tujuan migrasi. Namun paling tidak ada beberapa alasan dan kesamaan yang mendasari langkah mereka itu. Antara Lainnya: efisiensi daya pemancar dan efisiensi dalam pnggunaan pita frekuensi (Bandwith), Peningkatan Kualitas gambar dan suara, sinyal TV digital dapat ditangkap dalam keadaan TV bergerak (mobile), peluang terbuka untukkonvergensi dengan aplikasi lainnya ( telepon seluler dan komputer ), layanan multimedia, TV interaktif, TV on Demand.

Pada Postingan kali ini saya akan membahas mengenai perkembangan TV digital di beberapa negara, yang dikelompokan berdasarkan katagori negara maju, kelompok negara berkembang, dan kelompok negara yang mengembangkan sendiri teknologi TV Digitalnya.

Perkembangan TV Digital di negara-negara Maju

Sebagian besar negara maju didunia telah melakukan migrasi siaran TV dari analog ke digital. Bahkan ada beberapa yang sudah selesai melakukan cut off analog atau paling tidak sudah menentukan secara resmi kapan waaktu penghentian siaran analog.

• Perkembangan TV Digital di inggris
inggris memperkenalkan siaran digitl terestrial dengan standar DVB-T sejak tahun 1996, ketika pemerintah secara resmi megumumkan pemberian lisensi multiplex. pada November 1998 sebuah stasiun TV mengudara dengan sistem tersebut diyakini mrupakan siaran digital komersial pertama di dunia. Saat ini teknologi HDTV (High Definition Television) sedang di uji coba oleh beberapa stasiun penyiaran oleh BBC ITV, Chanel 4 dan chanel Five yang sudah mulai dapat dinikmati di beberapa kota. uji coba DVB-H (Digital Video Broadcasting-Handheld) juga sudah dilakukan khususnya di kota oxford yang dilakukan oleh operator seluler O2 dan broadcaster Arqiva.

Di akhir september 2006 populasi pemirsa DVB-T telah mencapai 73%, dan tahun 2007 sudah beberapa dalam tahapan persiapan switch off TV analog secara bertaap dari satu wilayah ke wilayah laiinya. namun pemerintah mensyaratkan paling tidak dua kriteria untuk dapat dilakukan switch off. kriteria pertama; setiap orang orang yang sudah memperoleh layanan publik berupa siaran TV analog, harus dapat menerima siaran format digital. kriteria kedua; afforadabillity; migrasi ke digital harus memberikan pilihan ang berguna kepada masyarakat luas.

Office of Communications (Ofcom) - lembaga independen yang mengelola regulasi dan kompetensi untuk industri Komunikasi di inggris - telah menetapkan dimulainnya Digital Divided Review (DDR), Berupa pengujian terhadap sisa spektrum yang ditimbulkan akibat migraasi ke digital. migrasi penyiaran digital akan menggunakan spektrum 6 kali lebih hemat dibandingkan penggunakan spektrum analog. hal ini membuat pemerintah dan para pelaku industri penyiaran publik terus melakukan sosialisasi TV Digital kepada masyarakat. agar proses migrasi berlangsung dengan sukses.

• Switch over Digital
sejak TV Digital diperkenalkan pada tahun 1998, pertumbuhan jumlah konsumen sangat tinggi. hal itu antara lain karena tidak diperlukan lagi antena parabola, sebagaimana mutlak diperlukan pada DTH, dan kabel coaxial pada TV kabel. proyeksi Ofcom mengindikasikann bahwa jumlah rumah tangga yang memiliki pesawat penerima TV Digital akan naik 7-8 juta sampai akhir 2012.

Ofcom juga merekomendasikan rencana switch over secara regional seperti di jerman. diyakini bahwa dengan mengumumkan tanggal switch over akan mempercepat pertumbuhan TV Digital. Switch over juga memungkinkan peningkatan level power transmitter pada siaran digital tanpa meningkatkan resiko interfrensi terhadap sinyal analog.

• Perkembangan TV Digital di Jerman
Jerman mengawali siaran TV Digital dengan standar DVB-T pada 2002. Migraasi ke digital dilakukan secara bertahap

• Pada tanggal Agustus 1997
uji coba pengoprasian Digital TV terestrial (DTT) dimulai dengan SFN network dalam suatu pilot project oleh Deutshe Telekom, MABB dan SFB; uji cob lainnya dilakukan di bagian utara jerman dan bavaria.

• Pada tanggal 17 Desember 1997
Dibentuk 'Digitalisasi Broadcasting' initiative oleh kabinet untuk mengelaborasi strategi-strategi yang dapat mendukung terbentuk siaran digital.

• Pada tanggal july 2001
MABB mengumumkan peraturan tentang DTT

• Pada tanggal 17 Desember 2001
MABB's Board (media council) memutuskan untuk mendukung secara finansial proses switch over ke DTT.

• Pada tanggal 13 February 2002
MABB,ARD,ORB,SFB,ZDF, ProbSiebenSAT.1 dan RTL Mengadakan perjanjian mengenai detail switch over ke DTT diarea Berlin-Brandenburg.

• Pada April 2007
Regulator media untuk daerah baden-wuerttemberg,LFK,bersama dengan regulator media daerah lainnya menyiapkan prosedur yang di perlukan untuk melakukan seleksi terhadap penyedia layanan DVB-H. Semua kandidat daapat mengajukan permintaan izin penyelenggaraan DVB-H nasional, yang memungkinkan penyelenggaraan sampai 16 program siaran TV dan radio. applikasi harus dikirimkankepada LFK pada 13 April 2007.

Dari daerah satu ke daerah lainnya dengan periode waktu transisi yang cukup pendek. Bahkan di berlin siaran analog sudah dimatikan pada Agusstus 2003 dan sudah terdapat 28 program siaran digital dengan 7 kelompok Multiplex. sedangkan uji coba DVB-H telah dimulai sejak 2005 di beberapa kota besar seperti Berlin, Hamburg, Hannover, Munich, dan beberapa kota besar di jerman bagian utara. sistem DVB-H sedang dipersiapkan untuk diluncurkan secara komersial 2007.

• Proses migrasi
Perkembangan migrasi TV nalog ke digital di jerman dimulai 1997 , ketika dilakukan uji coba oleh Deutsche Telkom, MABB dan SFB. Uji coba lainnya dilakukan di bagian utara jermn dan Bavaria. sejak saat itu jerman memberikan perhatian sangat besar bagi migrasi TV Analog ke Digital. Bahkan sampai akhir 2006 Hampir seluruh pemirsa dikota-kota besar sudah dapat menikmati layanan TV digital berbasis teknologi DVB-T.

• Switch over TV Digital
Proses switch over secara regional pada periode simulcast diyakini dapat memberikan keseimbangan antara kebutuhan dan biaya siaran dari sebagai besar operator TV dan kesediaan spektrum pita frekuensi UHF. Sebab kanal UHF dijerman telah digunakan secara insentif dan hampir semua kanal telah terisi penuh. hal ini menyebabkan hampir tidak mungkin lagi digunakan Simulcast dengan jumlah multiplex yang banyak. switch off analog yang sudah, sedang atau akan dilakukan di masing-masing daerah secara regional diperkirakan akan selesai secara nasional tahun 2010.


Kelebihan & Kekurangan Tv Digital & Tv Analog

Tv Digital:

Kelebihan TV Digital memiliki kualitas visual dan audio yang lebih bagus dari pada TV analog. Selain itu yang terpenting adalah dari aspek regulasi, akan terdapat izin penyelenggara jaringan dan izin penyelenggara jasa sehingga dapat menampung sekian banyak perusahaan baru yang akan bergerak dibidang penyelenggaraan televisi digital. Dengan demikian akan dapat dihindari adanya monopoli penyelenggaraan televisi digital di Indonesia.

International Telecommunication Union (ITU) atau otoritas telekomunikasi internasional memberi kebijakan konversi ke penyiaran digital kepada seluruh negara di dunia, agar paling lambat 17 Juni 2015. Berdasarkan kebijakan ini TV analog atau TV biasa yang kita tonton sehari-hari bakal tidak bisa digunakan sehingga mau tidak mau masyarakat harus berganti ke TV yang bisa menangkap siaran digital.

Tv Analog :

Pertama kali ada televisi, model dari televisi masih menggunakan konsep TV analog, kualitas gambar yang didapat masih sangat jelek, masih banyak sekali gangguan, terutama di noise gambar. TV Analog masih menggunakan CRT yang tidak hemat tempat dan tidak juga hemat listrik. Karena banyak kelemahan tersebut, maka dibuatkan TV generasi berikutnya yang tujuannya untuk meminimalisir kekurangan-kekurangan tersebut.

Sekarang siaran TV yang mulai digunakan adalah Digital TV (DTV). DTV adalah transmisi sinyal yang menggunakan kode 01. Pada penyiaran on air, DTV dipancarkan menggunakan Ultra High Frequency (UHF) dengan spektrum radio mulai dari 6 MHz. Kualitas gambar sangat jernih meski dalam TV berukuran kecil. Resolusi DTV mencapai 704 pixel sehingga gambar tetap jernih meski tampil pada layar besar. Untuk video, karena dukungan resolusi yang tinggi, maka tampilan gambar per frame tidak akan menghasilkan kedipan. Beda dengan TV analog yang bila dipakai untuk video dan dipaksakan pada layar besar, gambar akan menjadi buram dan terputus-putus. DTV juga mendukung siaran HDTV.
Sumber : http://2009033-kartikarahmawati.blogspot.com/2012/04/kelebihan-dan-kekurangan-tv-analog-dan.html

Apa bedanya TV Digital dan Analog

TV Digital

TV digital mulai mendapatkan penerimaan luas di seluruh dunia, sedangkan TV analog perlahan menghilang. Perbedaan utama antara kedua jenis TV tersebut adalah sinyal yang bisa diproses. TV Analog terbatas untuk sinyal analog, sedangkan TV digital dapat memproses sinyal digital dan sinyal analog.

Karena TV analog hanya dapat memproses sinyal analog, maka cukup rentan terhadap gangguan. Masalah seperti kebisingan, interferensi, dan tampilan kabur sangat umum terjadi pada TV analog. Meskipun TV digital masih dapat dipengaruhi oleh masalah ini (jika sinyal analog yang dipakai), dengan beralih ke sinyal digital hampir menghilangkan masalah tersebut.
Perangkat TV Analog menggunakan tabung katoda sebagai display, sementara TV digital menggunakan panel layar datar seperti LCD, plasma, atau LED. Akibatnya, TV analog besar dan tebal dibandingkan dengan TV digital. TV analog juga mengkonsumsi daya yang lebih banyak dibandingkan dengan TV digital.

Resolusi Perangkat TV digital bisa diatur di angka 480p (SD = Standar Definition) atau bahkan di 780p atau 1080i / p yang
dikenal sebagai HD atau high definition. HD memungkinkan untuk meningkatkan ukuran TV tanpa mengorbankan kualitas gambar pada layar. TV Analog menggunakan resolusi SD. Meskipun telah ada upaya untuk mengimplementasikan HDTV untuk TV analog, akan tetapi persyaratan dalam hal bandwidth yang terlalu besar sehingga tidak mungkin diterapkan.
TV Analog biasanya terbatas pada ukuran di bawah 30 inci karena membuat ukuran layar lebih besar menimbulkan tantangan yang lebih besar tanpa keuntungan nyata dalam kualitas gambar. TV digital telah berkembang sejak mereka dibuat dan layar ukuran lebih dari 50 inci sekarang biasa.

Masih ada beberapa manfaat yang bisa Anda peroleh dengan TV analog yang sebagian besar karena penggunaan dari CRT. Layar analog memiliki waktu respon sangat cepat sehingga unggul dalam menampilkan video gerak cepat. TV analog juga memiliki kontras yang lebih baik dibandingkan dengan kebanyakan TV digital. Mungkin masih ada keuntungan untuk TV analog, tetapi perkembangan teknologi telah mulai memperbaiki kekurangan dari TV digital.

Ringkasan:
1. TV analog dapat menerima sinyal analog sedangkan TV digital dapat menerima sinyal digital dan analog
2. TV analog rentan terhadap kebisingan dan distorsi sedangkan TV digital tidak
3. TV Analog biasanya dibuat dengan menampilkan CRT sedangkan TV digital menggunakan panel layar datar
4. TV digital dapat di HD TV analog sementara hanya bisa di SD
5. TV Analog dibatasi untuk di bawah 30 inci sedangkan TV Digital di atas 50 inci yang sudah umum
6. TV analog memiliki keunggulan dibandingkan TV digital yang sebagian besar terkait dengan CRT

Sumber : http://apaperbedaan.blogspot.com/2012/07/apa-bedanya-tv-digital-dan-analog.html
http://informasitvdigital.blogspot.com/2013/01/perkembangan-tv-digital-di-inggris.html

Sabtu, 08 Juni 2013

Perbedaan antara fakta dan opini

Fakta

Fakta (bahasa Latin: factus) dalam istilah keilmuan merupakan suatu hasil observasi yang obyektif dan dapat verifikasi. Fakta adalah pengamatan yang telah diverifikasi secara empiris. Fakta dalam prosesnya kadangkala dapat menjadi sebuah ilmu.
Contohnya, fakta bahwa bumi ini bulat. Ketika seseorang mengelilingi bumi dengan berjalan ke arah timur atau ke arah barat, pada akhirnya ia akan kembali ke titik awal. Fakta ini bukan berdasarkan sudut pandang pribadi, atau pendirian dari kelompok tertentu saja. Karena riset telah membuktikan dan memang telah terbukti 100% (diverifikasi) bahwa bumi ini bulat. Fakta inipun menjadi sebuah teori dalam ilmu pengetahuan.


Opini

Opini adalah pendapat, pikiran, pendirian, pandangan, perspektif dan tanggapan mengenai suatu kejadian, keadaan, dan desas-desus tentang sesuatu hal.
Contohnya, banyak orang berpendapat bahwa perempuan merokok adalah perempuan yg ga benar. Padahal belum tentu begitu. Nyatanya banyak perempuan perokok yg merupakan orang baik2. Jadi pendapat ini hanyalah berdasarkan sudut pandang pribadi / sekelompok orang saja. Tidak ada yg dapat memverifikasi (menjamin/mensahihkan) bahwa pendapat ini 100% benar adanya.

Namun perlu kita ketahui bahwa ada opini yang memang berdasarkan fakta. Contohnya, fakta (hasil riset) menunjukkan bahwa rokok mengandung racun yang membahayakan kesehatan. Ini sudah diverifikasi secara empiris, bahkan oleh WHO. Dari fakta inilah kemudian muncul opini bahwa merokok itu adalah hal yg tidak baik.

Sumber : http://irma-rujani.blogspot.com/p/ringkasan-materi-bahasa-indonesia_15.html